Membaca Pikiran UMKM Kelas Bawah: Mengapa Teknologi Sering Dianggap Repot?

Saat berbicara tentang transformasi digital, sering kali kita membayangkan solusi canggih dan futuristik. Namun, bagi sebagian besar pelaku UMKM kelas bawah, teknologi bukanlah solusi, melainkan sumber kerumitan baru. Pandangan ini bukan tanpa alasan, dan sebagai penyedia solusi, kita perlu memahaminya.

BISNISTEKNOLOGI

Arya CST

8/9/2025

A person sitting at a table with a tablet
A person sitting at a table with a tablet

Saat berbicara tentang transformasi digital, sering kali kita membayangkan solusi canggih dan futuristik. Namun, bagi sebagian besar pelaku UMKM kelas bawah, teknologi bukanlah solusi, melainkan sumber kerumitan baru. Pandangan ini bukan tanpa alasan, dan sebagai penyedia solusi, kita perlu memahaminya.

1. Keberhasilan Konvensional yang Sudah Terbukti

"Toh dengan cara ini saja sudah untung." Ini adalah argumen yang paling sering kita dengar. Para pelaku UMKM ini telah membangun bisnis mereka selama bertahun-tahun dengan cara konvensional. Mereka memiliki pelanggan loyal, sistem pencatatan manual yang sudah mereka kuasai, dan alur kerja yang sudah mendarah daging. Bagi mereka, keuntungan yang didapat saat ini sudah cukup untuk menghidupi keluarga. Mengapa harus mengambil risiko dengan investasi waktu dan uang untuk hal baru yang belum terbukti? .

2. Kompleksitas dan Rasa Takut

"Aplikasi itu ribet, saya tidak mengerti." Banyak UMKM kelas bawah tidak familiar dengan antarmuka digital. Menggunakan aplikasi e-commerce, software pencatatan keuangan, atau sistem kasir digital sering kali dianggap merepotkan. Mereka khawatir membuat kesalahan yang bisa merugikan, seperti salah input data atau kebingungan saat bertransaksi. Rasa takut ini bukan hanya tentang teknologi itu sendiri, tetapi juga tentang potensi kerugian yang bisa ditimbulnya.

3. Teknologi yang Tidak Terintegrasi dengan Alur Kerja Mereka

"Lebih cepat hitung pakai kalkulator, datanya langsung ada." Sebagian besar aplikasi yang ada di pasaran dirancang dengan alur kerja yang standar, yang belum tentu cocok dengan kebiasaan mereka. Misalnya, bagi seorang pedagang warung, mencatat penjualan langsung di buku lebih praktis daripada harus membuka HP, membuka aplikasi, lalu menginput satu per satu. Mereka butuh solusi yang menyederhanakan, bukan malah menambah langkah kerja.

4. Hambatan Biaya dan Waktu

"Uangnya lebih baik buat nambah stok barang." Biaya investasi untuk membeli perangkat, langganan aplikasi, atau pelatihan sering kali dianggap mahal dan tidak mendesak. Mereka merasa dana tersebut lebih baik dialokasikan untuk kebutuhan operasional yang lebih langsung, seperti membeli bahan baku atau menambah variasi produk. Selain itu, mereka juga tidak punya banyak waktu untuk belajar hal baru di tengah padatnya jadwal harian.

5. Tidak Merasa Terhubung dengan Teknologi

"Itu urusan anak-anak muda, bukan saya." Ada pandangan yang memisahkan teknologi dari dunia mereka. Mereka melihat teknologi sebagai domain anak muda atau perusahaan besar, bukan untuk bisnis kecil mereka. Kurangnya literasi digital dan akses terhadap informasi yang relevan juga memperkuat pandangan bahwa teknologi itu tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Bagaimana Kita Bisa Mendekat?

Untuk mengubah pandangan ini, kita tidak bisa datang dengan solusi yang rumit. Pendekatan yang lebih efektif adalah dengan:

  • Menawarkan Solusi yang Sangat Sederhana: Mulai dari hal-hal kecil, seperti aplikasi pencatatan sederhana yang mirip dengan buku tulis, atau sistem pesan otomatis untuk pelanggan loyal.

  • Fokus pada Manfaat Langsung: Tunjukkan bagaimana teknologi dapat memberikan keuntungan nyata secara langsung, misalnya "menghemat 10 menit setiap hari" atau "menghilangkan kesalahan hitung".

  • Pendampingan yang Personal: Berikan pelatihan dan pendampingan tatap muka, bukan hanya video tutorial. Rasa percaya dan pendampingan personal akan jauh lebih meyakinkan daripada fitur-fitur yang canggih.

Dengan memahami pola pikir ini, kita bisa menjadi mitra yang benar-benar membantu, bukan sekadar penjual teknologi.